search

Jumat, 27 Mei 2011

Teori Geosinklin


Ada banyak teori yang berkembang di dalam geologi. Teori ini muncul untuk menjawab semua rasa keingin tahuan manusia dan rasa ketidak puasan manusia terhadap teori yang ada. Teori ini berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Bumi tempat kita hidup sekarang mempunyai banyak misteri. Untuk membuka sedikit misteri ini maka para ahli geologi dengan kolaborasi teknologi mengembangkan berbagai macam teori. Teori tersebut seperti yang dijelaskan berikut.

Teori Geosinklin

Konsep geosinklin pertama kali berkembang pada pertengahan abad ke 18 saat geologiawan Amerika, James Hall dan James Dwight Dana menaruh perhatian besar terhadap Pegunungan Appalachian. Teorinya pertama kali digunakan untuk menjelaskan cekungan yang terus terisi sembari teru mendalam yang pada akhirnya diperkirakan akan menghasilkan kontraksi pada kerak yang diakibatkan oleh pendinginan dan kontraksi dari bumi. Meskipun sering diterjemahkan sedikit berbeda oleh beberapa peneliti tapi secara umum teori ini adalah cekungan yang terus menerus mendalam sepanjang batas benua yang kemudian terdefomasi menjadi bagian dari

pegunungan. Beberapa fase yang penting dari geosinklin, tektogenik dan orogenesa diantaranya adalah pengakumulasian sedimen pada palung subduksi yang hadir bersamaan dengan endapan marginal atau hasil erupsi submarine dari lava basa dan ultra basa termasuk ofiolit; terdapatnya lipatan, sesar anjakan dan separasi pada batuan di geosinklin; pengangkatan dan penggantian sedimentasi pada daerah palung marginal pada pelebaran zona geosinklin, metamorfisme regional dam penggantian oleh batolit; pengangkatan epirogenik dengan erupsi volkanik dari basalt, andesit, dan riolit serta intrusi plutonik yang ko-magmatis; dan peneplasi

Teori ini kemudian berkembang pesat pada akhir abad 19 dan awal abad 20 dan dipergunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena cekungan pembentukan pegunungan sebelum digantikan oleh teori tektonik lempeng pada medio tahun 1960. Perbedaan pandangan yang terjadi diantara pengemuka geosinklin dari Amerika dan eropa terjadi dalam perkemabangan teori geosinklin, hal ini terjadi Karena kedua kelompok geologiawan tersebut menggunakan dua pegunungan yang

berbeda satu sama lain. Geologiawan amerika menggunakan analog dari pegunungan Appalachia sementara geologiawan Eropa menggunakan Pegunungan Alpine sebagai contoh.

Konsep tersebut menyatakan bahwa geosinklin terbentuk memanjang atau seperti cekungan dalam skala ribuan meter, yang terus menurun akibat dari akumulasi batuan

sedimen dan volkanik.Sedangkan geosinklin adalah suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa. Terdeformasinya batuan di dalamnya dapat dijelaskan sebagai akibat dari menyempitnya cekungan, sehingga batuan di dalamnya terlipat dan tersesarkan. Pergerakan ini terjadi akibat adanya gaya penyeimbang atau isostasi. Kelemahan dari teori yakni tidak bisanya menjelaskan asal-usul vulkanik. Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan gaya vertical. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi.

Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa. Batuan yang terdeformasi didalamnya dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat dan tersesarkan.Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi. Teori ini mempunyai kelemahan tidak mampu menjelaskan asal-usul aktivitas vulkanik dengan baik dan logis. Keteraturan aktivitas vulkanik sangatlah tidak bisa dijelaskan dengan teori geosinklin. Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan gaya vertical. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi.

Konsep geosinklin oleh geologist Amerika

  • Di suatu ketebalan sedimen, sedimen yang ditemukan pada zona laut dangkal akan mencirikan terdapatnya suatu cekungan (geosinklin)
  • Pengendapan supply sedimen pada geantiklin (sebelah geosinklin) mengikuti rata-rata jumlah sedimentasi yang terendapkan pada cekungan tersebut
  • Geosinklin berada pada daerah marginal sampai dengan continent

Konsep geosinklin oleh geologist Eropa

· · Menjelaskan terjadinya sedimen pada zona laut dalam dan menyimpulkan bahwa geosinklin merupakan daerah yang dalam, berupa cekungan yang relatif memanjang

· · Sulit terjadi kesetimbangan pada sistem pengendapan di geosinklin, dan sejarah serta durasi dari geosinklin bergantung pada rata-rata relatif dari penurunan cekungan dan sedimentasi

· · Geosinklin terbentuk pada daerah marginal sampai dengan continent atau diantara continental masses.

  1. Pembagian geosinklin menggunakan elemen tektonik

Stille 1935-1940

Kay 1951

Krumbein and Sloss 1963; Badgley 1965

Sinityzn and Peyve 1950

Aubouin 1965

Orthogeosynclines

Eugeosynclines

Miogeosynclines

Orthogeosynclines

Eugeosynclines

Miogeosynclines

Orthogeosycline

Miogeosynclinal transitional zone

Primary geosyncline

Geosynclines

Eu-furrows

Mio-furrows

Eu-ridges

Mio-ridges

Parageosynclines

Epieugeosyncline

Postorogenic basins

Secondary geosynclines

Back-deep

Intra-deep

Intracratonal geosynclines

Exogeosycline

Zeugeosyncline

Autogeosyncline

Intracratonic basins

Marginal basin

Yoked basin

Interior basin

Residual geosynclines

Foredeep

Intracratonic furrows

Basins

Taphrogeosynclines

Paraliageosynclines

Rift valley

Coastal geosyncline

Trenchs

Hochkraton

Tiefkraton

Craton

Craton

Stable shelf

Unstable shelf

Platform

  1. Pembagian geosinklin berdasarkan karakteristik batuan

Atlantic type

Andean type

Island arc type

Japan sea type

Miogeosycline

Eugeosyncline

Mountains

Trench

Islands

Trench

Margin of restricted basin

Continental crust

Oceanic crust

Continental crust

Oceanic crust

Intermediate crust

Oceanic crust

Intermediate, modified crust

Abundant A and B

Common C; Rare D; Abundant E

Rare A and B; Rare to abundant F; Abundant H; Common I

Abundant C; Rare to common E; Common to rare G

Locally abundant B; Rare C; Abundant F and G; Common I

Abundant C; Common G

Abundant A and E; Locally common B; C present if basin floor oceanic; Tuffs of F; Rare G

Karakteristik tipe Batuan:

a. Shallow marine and coastal plain clastic sediments

b. Carbonate sediments

c. Interbedded pelagic sediments, thoelitic lavas, and ultrabasic rocks

d. Thoelitic volcanic turbidites

e. Compositionally mature turbidites

f. Calc-alkaline volcanic rocks and minor instrusions

g. Calc-alkaline volcan

h. Continent-derived

i. Intermediate or acid

Beberapa istilah yang sering dihunakan dalam menjelaskan bagian bagian dari geosinklin, diantaranya:

  • Miogeosinklinà geosinklin yang terbentuk sepanjang batas kontinen pada kerak kontinen dan tersusun atas sedimen dengan kehadiran batugamping, batupasir dan serpih.
  • Eugeosinklinà geosinklin yang terbentuk agak jauh dari tepi kontinen. Hal ini mengakibatkan komposisi batuan di daerah ini terdiri dari batuan dengan ukuran butir lebih halus atau endapan-endapan laut dalam. Endapan-endapan di lingkungan eugeosinklin akan mendapa pengaruh yang besar dari deformasi, metamorfosa dan terintrusi oleh pluton batuan beku; terkadan juga mengandung sediment mélange dan terkadang mengandung material eksotis dari flysch.
  • Orthogeosinklinà sabuk geosinklin yang terletak diantara kontinen dan samudera dan memiliki sabuk volcanik internal
  • Zeugogeosynclineà geosinklin yang berada di kraton atau daerah yang stabil yang juga merupakan daerah yang sudah terangkat
  • Parageosynclineà cekungan geosinklin yang terbentuk berbarengan dengan terbentuknya pegunungan geosinklin yang teletak di tengah kraton.
  • Exogeosynclineàparageosinklin yang terletak sepanjang batas kraton dan mendapatkan suplai sedimen tari orthogeosinklin di luar kraton; dikenal juga dengan nama geosinklin delta, foredeep atau cekungan transverse.

Senin, 17 Januari 2011

Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat Monitoring Rembesan Limbah

Metode geolistrik memanfaatkan variasi resistivitas listrik berdasarkan pengukuran beda potensial akibat arus listrik yang diinjeksikan kedalam bumi. Metode geolistrik dapat digunakan dalam pemetaan bawah permukaan, pencarian reservoir air, pencemaran air tanah dan eksplorasi geotermal. Dalam penelitian ini dibuat suatu model fisis di laboratorium, menggunakan metoda geolistrik sebagai alat monitoring transport limbah dalam pasir. Konfigurasi elektroda yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wenner-Schlumberger dengan jarak elektroda potensial 5 cm.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebaran polutan jonduktif dapat dideteksi berdasarkan variasi hambatan jenis listrik. Penambahan polutan kedalam medium pasir menyebabkan harga resistivitas listriknya berkurang, hal ini karena polutan yang digunakan bersifat konduktif. Setelah dilakukan monitoring melalui pengukuran sebanyak lima kali, dengan polutan yang diinjeksikan kedalam pasir bertambah masing-masing sebanyak 600 ml, jelas bahwa pola rembesan polutan meluas setiap selang pengukuran.

Salah satu metode yang digunakan dalam eksplorasi geofisika adalah metode geolistrik hambatan jenis. Geolistrik hambatan jenis memanfaatkan sifat resistivitas listrik batuan untuk mendeteksi dan memetakan formasi bawah permukaan. Metode ini dilakukan melalui pengukuran beda potensial yang ditimbulkan akibat injeksi arus listrik ke dalam bumi. Sifat-sifat suatu formasi dapat digambarkan oleh tiga parameter dasar yaitu konduktivitas listrik, permeabilitas magnet, dan permitifitas dielektrik). Sifat konduktivitas batuan berpori dihasilkan oleh sifat konduktivitas dari fluida yang mengisi pori, interkoneksi ruang pori dan sifat konduktivitas dari interfase butiran dan fluida pori). Berdasarkan pada harga resistivitas listriknya, suatu struktur bawah permukaan bumi dapat diketahui material penyusunnya). Metode geolistrik cukup sederhana, murah dan sangat rentan terhadap gangguan sehingga cocok digunakan dalam eksplorasi dangkal. Desain sistem monitoring menggunakan resistivitas listrik sangat penting untuk mendeteksi aliran air tanah).

Penelitian ini merupakan model fisik menggunakan geolistrik sebagai alat monitoring untuk mendeteksi transport polutan di bawah permukaan tanah. Dalam artikel ini dilaporkan hasil pengukuran resistivitas listrik suatu medium pasir yang diinjeksi dengan polutan, serta penampang resistivitas listrik yang menggambarkan penyebaran polutan dibawah permukaan pasir.

Sifat konduktivitas listrik batuan dekat permukaan bumi sangat dipengaruhi oleh jumlah air, kadar garam/salinitas air serta bagaimana cara air didistribusikan dalam batuan. Konduktivitas listrik batuan yang mengandung air sangat ditentukan terutama oleh sifat air, yakni elektrolit). Larutan garam terdiri dari anion dan kation yang bergerak bebas dalam air. Adanya medan listrik eksternal menyebabkan kation dalam larutan elektrolit dipercepat menuju kutup negatif sedangkan anion menuju kutup positif. Tentu saja, batuan berpori yang berisi air, nilai resistivitas listriknya berkurang dengan bertambahnya kandungan air.
Pendekatan paling sederhana dalam pembahasan gejala kelistrikan di dalam bumi adalah dengan menganggap bumi sebagai medium homogen isotropis. Dengan perlakuan tersebut kemudian medan listrik dari titik sumber di dalam bumi dianggap memiliki simetri bola).






IDENTIFIKASI MINERAL

Dalam geologi, mineral adalah senyawa yang terbentuk oleh proses alam melalui proses geologis, biasanya bersifat padat, mempunyai komposisi kimiawi tertentu serta mempunyai sifat fisik tertentu pula. Pada umumnya mineral bersifat padat, akan tetapi dapat juga berwujud cair atau gas. Karena memiliki sifat fisik dan kimia tertentu sehingga dengan mengetahui sifat-sifat tersebut dapat menentukan nama mineral.

Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia, tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur mur
ni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui. Mineral tersusun dari unsur-unsur kimia, dimana unsur-unsur tersebut banyak dijumpai sebagai penyusun kerak bumi, lebih dari 70% adalah silikon oksigen. Mineral silikat adalah mineral utama pembentuk batuan, mineral lainnya yang penting adalah sulfida, karbonat, sulfat, dan fosfat. Komposisi kimia terbentuk akibat bersatunya satu atau lebih anion dan kation dalam perbandingan tertentu. Pada satu komposisi, jumlah muatan positif dan negatif harus nol atau netral. Komposisi beberapa mineral dapat bervariasi, tetapi ada batas tertentu. Hal ini dapat terjadi akibat adanya pertukaran subtitusi ion dalam struktur mineral, sehingga mengakibatkan perubahan susunan kimia dalam batas tertentu.

Agar dapat diklasifikasikan sebagai mineral sejati, senyawa tersebut haruslah berupa padatan dan memiliki struktur kristal. Namun bahan padat yang tidak memiliki struktur dalam (amorf) tidak dapat dikatakan sebagai mineral, meskipun beberapa kriterianya terpenuhi. Material alamiah yang tidak memenuhi sebagian atau seluruh kriteria mineral dikelompokkan dalam kelompok mineraloid. Menurut The International Mineralogical Association (1955), mineral suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan normalnya memiliki unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi. Ada juga yang menyebutkan definisi mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia yang khas dan biasanya memiliki struktur kristal yang jelas, yang terkadang dapat berubah dalam bentuk geometris tertentu. Istilah mineral sendiri dapat mempunyai bermacam-macam makna, sukar untuk mendefinisikan mineral, oleh karena itu kebanyakan mengatakan bahwa mineral adalah satu frase yang terdapat dalam alam.

Untuk membedakan mineral yang satu dengan yang lainnya, dapat menggunakan berbagai sifat-sifatnya yang berbeda, seperti bentuknya, cara terjadinya, belahan, dan pecahannya, warna, kilap dan sifat tembus cahaya, kekerasan, berat jenis, kemagnetan, susunan kimia, dan beberapa sifat lainnya. Berikut ini adalah penjelasan sifat-sifat fisik suatu mineral, antara lain :

1. Warna (colour)
warna pada mineral adalah warna yang kita tangkap dengan mata apabila mineral terkena cahaya atau spektrum cahaya yang dipantulkan oleh mineral. Warna mineral dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Warna Idiokhromatik
apabila warna mineral selalu tetap, pada umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak dapat tembus cahaya atau berkilap logam.
b. Warna Allokhromatik
apabila warna mineral tidak tetap, tergantung pada material pengotornya, umumnya dijumpai pada mineral yang tidak tembus cahaya atau berkilap non-logam.

2. Kilap (luster)
adalah kesan mineral yang ditunjukkan oleh pantulan cahaya yang dikenakan padanya, atau intensitas cahaya yang dipantulkan oleh permukaan kristal. Kilap mineral dapat dibedakan menjadi:
a. Kilap logam, apabila terkena cahaya, mineral akan memberikan kesan seperti logam, contohnya seperti galena dan pirit.
b. Kilap non-logam, apabila terkena cahaya, mineral tidak memberikan kesan seperti logam. Kilap non-logam ini dibedakan menjadi:
  • Kilap kaca
  • kilap intan
  • kilap sutera
  • kilap damar
  • kilap mutiara
  • kilap lemak
  • kilap tanah
3. Kekerasan
adalah ketahan
an mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif kekerasan mineral dapat ditentukan dengan menggunakan Skala Mohs yang dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras:
1 Talk 6 Feldspar
2 Gipsum 7 Kuarsa
3 Kalsit 8 Topaz
4 Fluorit 9 Korundum
5 Apatit 10 Intan
Dalam menggunakan skala Mohs harus dimulai dari mineral yang terkeras dan digoreskan pada bagian yang rata pada mineral yang akan diselidiki. Sebagai pembanding juga dapat digunakan benda lain, seperti:
  • Kuku jari 2,5
  • Jarum 3,0
  • Koin tembaga 3,5
  • Paku besi 4,5
  • Pisau baja 5,5
  • Kaca 5,5-6,0
  • Kikir Baja 6,0-7,0
  • Amplas (kasar) 8,0-9,0
4. Cerat (streak)
adalah warna mineral dalam bentuk serbuk atau goresan. Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna
mineral. Cerat diperoleh dengan menggoreskan mineral pada bagian belakang dari porselen.

5. Belahan (cleavage)
adalah kenampakkan mineral untuk membelah melalui bidang belahan yang rata, halus, dan
licin serta pada umumnya selalu berpasangan. Belahan dapat dibedakan menjadi:
a. Belahan sempurna : mudah dibelah (ex. muskovit, biotit)
b. Belahan baik : tidak mudah dibelah (ex. kalsit, orthoklas)
c. Belahan tak jelas: kenampakan striasi pada bidang belahannya (ex. plagioklas)
d. Belahan tak tentu: tidak ada bidang belahan (ex. kalsedon)
Apabila ditinjau dari arah belahannya, maka belahan dibedakan menjadi:
a. Belahan 1 arah (ex. muskovit)
b. Belahan 2 arah (ex. feldspar)
c. Belahan 3 arah (ex. halit, kalsit)

6. Pecahan (fracture)
adalah kenampakkan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata, tidak halus, tidak
licin, dan tidak teratur. Pecahan pada mineral dibedakan menjadi:
a. Konkoidal : memperlihatkan gelombang yang melengkung dipermukaan, seperti kenampakkan
bagian luar kulit kerang atau botol yang pecah.(ex. mineral kuarsa)
b. Fibrous : menunjukan gejala seperti serat atau daging. (ex. serpentin, asbes, augit)
c. Uneven : menunjukan kenampakan permukaan yang tidak teratur dan kasar. (ex.garnet)
d. Even : menunjukan kenampakan permukaan yang cukup halus (ex. mineral lempung)
e. Hackly : permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing (ex. copper, gold)

7. Bentuk
bentuk mineral ada 2 macam, yaitu:
a. Kristalin : apabila mineral mempunyai bidang kristal yang ideal dan biasanya terdapat pada
mineral yang mempunyai bidang belahan.
- Bangun kubus (ex. galena, pirit)
- Bangun prismatik (ex. amfibol, piroksen)
-Bangun Dodecahedron (ex. garnet)
b. Amorf : apabila mineral tidak mempunyai batas-batas kristal yang jelas. (ex. dolomit)

8. Berat Jenis (specific grafity)
adalah perbandingan antara berat mineral di udara terhadap volumenya di dalam air, yaitu
berat volume air sama dengan volume mineral tersebut.

9. Sifat Dalam (tenacity)
adalah reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan,
pematahan, pemukulan, ataupun penghancuran. Tenacity dibagi menjadi:
a. Rapuh (brittle) : bila digores menjadi tepung tapi bubuknya tidak meloncat kesegala arah
dan mudah hancur (ex. kuarsa, kalsit)
b. Dapat diiris (sectile) : dapat diiris dengan pisau dan memberikan kenampakan yang halus
dan rata pada bekas irisannya. (ex. gypsum)
c. Dapat dipintal (ductile) : mineral dapat dipintal seperti kapas. (ex. asbes)
d. Dapat ditempa (milleable) : bila mineral dipukul dapat menjadi lebih tipis dan melebar.(ex. emas, tembaga)
e. Lentur (elastic) : bila dibengkokan dapat kembali seperti semula kalau dilepaskan lagi. (ex. mika)
f. Fleksible : bila dibengkokan tidak dapat kembali seperti semula kalau dilepaskan lagi. (ex. copper)

10. Kemagnetan
adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Kemagnetan dapat dibedakan menjadi:
a. Feromagnetik : tertarik kuat oleh magnet (ex. magnetit, pirotit)
b . Paramagnetik : tertarik agak kuat oleh magnet (ex. pirit)
c. Diamagnetik : tidak tertarik oleh magnet (ex. kuarsa, gypsum)

11. Sifat-sifat Lain
adalah sifat-sifat yang khas yang dimiliki oleh mineral diluar sifat-sifat fisik yang telah diuraikan
diatas,
contohnya:
a. belerang mempunyai bau yang menyengat seperti korek api
b. Halit memiliki rasa yang asin seperti garam
c. Grafit apabila digoreskan pada kertas, maka akan membekas

Sifat-sifat fisik mineral seperti warna, kilap, dan cerat merupakan sifat-sifat fisik mineral
yang ditentukan oleh penyinaran atau cahaya. Sedangkan kekerasan, belahan, pecahan, bentuk,
berat jenis, sifat dalam, kelistrikan, dan gaya lebur merupakan sifat-sifat yang berhubungan erat
dengan ikata n-ikatan molekul atau atom di dalam mineral.
Berbicara tentang mineral dan pembentukkannya, tidak akan lepas dari teori Bowen atau
lebih dikenal dengan "Reaksi Bowen"


Dalam reaksi Bowen, terdapat dua seri, yaitu seri Discontinu dan seri Continu. Pada seri discontinue meng hasilkan feromagnesian mineral, dimana setelah terbentuk setiap mineral ini akan bereaksi kembali dengan larutan sisa membentuk mineral dalam sekuen yang berikutnya. Pada seri ini juga dijelaskan bahwa pada saat magma mulai mendingin, maka mengkristallah mineral-mineral yang titik hablurnya sesuai dengan kondisi suhu ata
upun larutan magma, demekian seterusnya sampai semua ion-ion didalam magma saling mengikat menjadi kristal mineral. Sedangkan pada seri Continue meliputi proses transformasi kristal feldspar plagioklas dengan penggantian Calcium (Ca) dengan Sodium (Na).

PENDESKRIPSIAN MINERAL
1. Muskovit
Merupakan mineral yang memiliki warna bening transparan, bentuknya berupa lembaran (micac eous), memiliki kekerasan < 2,5 - 2,5, berkilap kaca, belahannya adalah sempurna, memiliki pecahan une ven, dan goresannya adalah berwarna putih. Mineral ini biasanya terdapat pada batuan metamorf. Muskovit adalah mineral yang dapat dibedakan dengan mudah karena mineral ini mudah untuk dibelah dan dapat dilengkungkan dan mengeper. Susunan senyawanya terdiri dari senyawa silikat dari alumunium, kalium, natrium atau litium dengan besi dan magnesium. Mineral ini menghablur dalam sistem monoklin, tetapi bentuk bentuk kristalnya selalu berisi enam dan berbentuk tablet.Muskovit dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, lingkungan metamorfik berderajat rendah dan menengah (dalam sekis dan gneiss) atau pada lingkungan metamorfik berderajat r endah. Muskovit dapat digunakan dalam pembuatan alat-alat listrik, kertas dinding, minyak pelumas, dsb.

2. Kalsit
Kalsit merupakan mineral yang memiliki kenampakkan warna putih, berbentuk masive, kekerasannya adalah 3, berkilap kaca, belahannya adalah sempurna, pecahannya adalah conchoidal, dan memiliki cerat berwarna putih. Kalsit dapat terbentuk di lingkungan batuan beku, sedimen, metamorf, dan melalui proses hidrotermal. Kalsit merupakan mineral utama dalam batu gamping ataupun marmer. Mineral ini dapat diendapkan disekitar mata air atau aliran air berupa travertine, tuva, atau sinter gamping. Unsur kimia pembentuk kalsit terdiri dari kalsium dan karbonat. Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur logam sebagai pengotor yang dalam prosentasi berat tertentu membentuk mineral lain. Kalsit merupakan sumber cahaya CaO yang digunakan untuk membuat semen, pupuk, kapur, industri kimia, industri besi baja dan pembenah tanah.

3. Sulfur

Sulfur merupakan mineral yang memiliki kenampakkan warna kuning sampai dengan kuning kecoklatan, memiliki kekerasan antara 1,5-2,5. Berkilap tanah, ceratnya berwarna kuning atau bahkan putih. Belahannya adalah sempurna dengan 3/2 arah. Pecahannya adalah uneven. Mineral sulfur ini banyak sekali ditemukan pada batuan sedimen vulkanik. Sulfur dapat dibentuk di daerah gunung api aktif, disekitar mata air panas, dan hasil aktifitas bakteri yang memisahkan sulfur dengan sul fat.Dapat pula terbentuk karena oksida-sulfida metal. Dijumpai pada batuan-batuan sedimen yang berasosiasi dengan anhidrit, gypsum, dan batugamping. sifat khas dari sulfur sendiri adalah memiliki bau yang sangat menyengat. Sulfur digunakan untuk membuat senyawa-senyawa sulfur, seperti asam sulfat;dalam pembuatan insektisida, pupuk buatan, vulkanisasi karet, dalam industri tekstil, kulit, kertas,cat,pencelupan, dan penggilingan minyak. Sulfur banyak ditemukan di daerah Kawah Papandayan, Jawa Barat.

4. Pirit
Pirit merupakan kategori dari sulfida mineral yang memiliki kenampakkan warna kuning keemasan sampai dengan hitam.
Kekerasannya antara 6-6,8 dan kilapnya adalah logam (metallic). Mineral ini tidak mempunyai belahan satupun dan pecahannya adalah conchoidal. Bentuk mineralnya adalah columnar/blocky, dan memiliki sistem kristal yang i sometri. Berat jenis dari mineral ini mencapai 4,95-5,10. Mineral ini juga memiliki kristal berbentuk kubus, berstruktur bulat, kasar, dan stalaktit. Pirit digunakan secara komersial untuk produksi belerang dioksida, digunakan dalam aplikasi seperti industri kertas, dan dalam penggunaan asam sulfat.

5. Aragonit
Aragonit merupakan mineral yang memiliki kenampakkan warna putih, coklat, abu-abu, kuning, merah muda, ungu
, biru, dan hijau terang. Kekerasannya mencapai 3,5-4. Mineral ini berkilap kaca, minyak, dan tanah. Ceratnya adalah berwarna putih. Belahannya adalah 3arah. Pecahannya adalah subconchoidal dan bentuk mineralnya adalah collu mnar. Berat jenisnya mencapai 2,9-3,0. Mineral aragonit terkadang mengandung sedikit stronsium sehingga memiliki warna lidah api merah kirmizi.